Profil Brigjen Pol Chairul Noor Alamsyah Dirpolair Baharkam Polri

Jakarta – berantasnews. Polisi Air dan Udara (Polair) adalah satuan di dalam Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mendukung tugas-tugas kepolisian lewat air (sungai/laut) dan udara.

Pada tanggal 1 Desember 2015, Ditpolair berulang tahun ke-61. Organisasi dibawah komando Baharkam Polti itu berdiri sejak tahun 1950 dan dipimpin perwira tinggi bintang satu dengan jabatan Dirpolair.

Sejak 5 Juni 2015 Dirpolair Baharkam Polri dijabat Brigjen Chairul Noor Alamsyah menggantikan Brigjen Pol Drs Imam Budi Supeno (kini Kapolda Maluku utara).

Jejak Karier Brigjen Chairul Noor Alamsyah

  • Alumni Akpol 1986
  • 7 Juni 2008: Kombes Chairul NoorAlamsyah dimutasi dari jabatan lama Dirreskrim Polda Riau menjadi Kasat Rolnus Ditpolair Baharkam Polri.
  • 19 Oktober 2009: Dimutasi menjadi Kapoltabes Banjarmasin Polda Kalsel menggantikan Kombes Pol Wasito Hadi Purnomo
  • 5 Agustus 2010: Ditarik lagi ke Mabes Polri menjadi Pamen SDE SDM Polri (dalam rangka Dik Sespati)
  • 1 April 2011: Menjabat Kasubditgakkum Ditpoalir Baharkam Polri.
  • 25 September 2012: Dipercaya menjadi Karo Ops Polda Metro Jaya menggantikan Kombes Pol Agung Budi Maryoto.
  • 1 September 2014: Mutasi dan promosi menjadi Waketbidminwa STIK Lemdikpol. Pangkat Chairul Noor Alamsyah naik dari Kombes menjadi Brigjen. Posisi Karoops Polda Metro Jaya digantikan Daniel Pasaribu.
  • April 2015: Mutasi dari Waketbidminwa STIK Lemdikpol menjadi Karo Provost Divpropam Polri
  • 5 Juni 2015: Promosi menjadi Dirpolair Baharkam Polri menggantikan Brigjen Pol Drs Imam Budi Supeno (Kapolda Maluku utara).
KEDISIPLINAN
 

Kita menjadi cukup yakin bahwadi bawah kondisi yang pantas sumber-sumber yang tak dikira akan energy kreativitas manusia menjadi tersedia dalam penataan secara organisasi.

Kita tidak bisa megatakan pada manajemen industri cara untuk menerapkan pengetahuan baru in secara sederhana dan ekonomis. Kita tahu ini membutuhkan waktu yang lama untuk eksplorasi, riset pengembangan yang mahal, dan sejumlah imajinasi kreatif pada bagian manajemen untuk menemukan cara menerapkan pengetahuan yang berkembang ini pada organisasi, dan penerapannya kepda anak buah..

 Konsep Tugas

Konsep tugas manajemen konvensional dalam menggunakan energi manusia pada syarat-syarat organisasional dapat dinyatakan secara luas dalam tiga proporsi. Dalam rangka menhindari komplikasi yang dikenalkan oleh label sebut saja dengan Teori X:

  1. Manajemen bertanggung jawab mengatur elemen-elemen usaha produktif—uang, bahan baku, peralatan, tenaga kerja—dalam hal tujua ekonomi.
  2. Dengan rasa hormat pada orang-orang, ini merupakan proses untuk mengarahkan usaha mereka, memotivasi mereka, mengendalikan tindakan mereka, memodifikasi perilaku mereka agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
  3. Tanpa intervensi aktif dari manajemen, orang-orang akan bersikap pasif—dan mungkin menentang—kepentingan organisasi. Maka dari itu mereka seharusnya diyakinkan, dihargai, diberi hukuman, dikendalikan—kegiatan mereka mesti diarahkan. Inilah yang disebut tugas manajemen. Kita sering meringkas dengan mengatakan bahwa manajemen berarti menyelesaikan sesuatu melalui orang-orang.

Di belakang teori konvensional ini ada beberapa kepercayaan tambahan—yang tidak terlalu eksplisit tapi meluas:

  1. Sifat dasar kebanyakan manusia adalah malas—mereka bekerja sesedikit mungkin.
  2. Manusia kurang berambisi, tidak menyukai tanggung jawab, dan lebih suka dipimpin.
  3. Sudah sifatnya manusia mementingkan diri sendiri dan tidak memperdulikan kebutuhanorganisasi.
  4. Manusia secara alami tidak menyukai perubahan.
  5. Manusia mudah tertipu, tidak terlalu pintar, gampang tertipu dukun dan pemimpin rakyat.

 Sisi usaha ekonomi manusia sekarang ini dibuat dari kepercayaan dan dalil seperti itu. Struktur organissikonvensional dan kebijakan manajerial, praktek dan program mencerminkan asumsi-asumsi tersebut. Dalam menjalankan tugasnya—dengan asumsi ini sebagai pedoman—manajemen telah menyusun serangkaian kemungkian.

Pada hal yang ekstrim, manajemen dapat bersifat keras dan kuat. Metode yang digunakan untuk mengarahkan perilaku melibatkan kekerasan dan ancaman (biasanya secara terselubung), pengawasan ketat, dan pengendalian yang kuat atas perilaku. Pada hal yang ekstrim lainnya, manajemen dapat bersifat lembut dan lemah. Metode yang digunakan untuk mengarahkan perilaku melibatkan sifat permisif, memuaskan keinginan orang, mencapai keharmonisan. Sehingga mereka  menjadi penurut dan menerima arahan. (Sri S)

CATEGORIES
Share This