Pemkab – Petrochina Lirik Penanaman Kopi Liberika

Tanjung Jabung Timur Jambi – Bupati Romi Hariyanto sepertinya tertarik rencana pengembangan kopi liberika di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kekaguman Bupati atas kunjungan kerja bersama Pemkab – Petrochina ke sejumlah lokasi pengembangan kopi di Jember dan Bondowoso Jawa Timur. Bahkan kunjungan kerja bersama ini dipimpin langsung bupati Romi Hariyanto dan Ginanjar, communication manager Petrochina. Sejumlah kepala OPD Pemkab Tanjabtim pun turut dalam rombongan. Petrochina diketahui adalah pihak yang nantinya support dan terlibat aktif mendukung program pengembangan kopi liberika di Tanjabtim.

Kunker dua hari tersebut dimulai dengan mengunjungi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia di Jember pada Senin (23/7).
Bupati Romi dan Ginanjar-Communication Manager Petrochina bersama tim diberikan penjelasan lengkap tentang pemgembangan kopi dan kakao.
Selama kurang lebih tujuh jam berada di Puslitkoka, bupati Romi dan tim diberikan banyak penjelasan tentang seluk beluk kopi di Indonesia. Tim didampingi berkeliling di areal Puslitkoka dan melihat langsung tahapan untuk menghasilkan kopi dan kakao berkualitas tinggi. Mulai dari pembenihan, penanaman, panen, rousting hingga penyajian kopi secara profesional oleh barista dan produksi turunan kakao yang beraneka rupa. Puslitkoka sendiri merupakan pusat rujukan bagi petani, pebisnis maupun penikmat kopi di Indonesia bahkan mancanegara.
Tak heran, dengan luasan areal sekitar 160 ha, Puslitkoka dilengkapi berbagai fasilitas penelitian dan percobaan yang mumpuni. Selain itu juga dilengkapi dengan fasilitas produksi produk turunan kopi dan kakao. Bahkan di sini juga diproduksi mesin – mesin pendukung produktivitas kopi dan kakao. Bupati Romi sengaja memimpin langsung kunjungan kerja tersebut, karena ingin memastikan apa saja langkah yang harus segera ia tuangkan sebagai kebijakannya.
Usai mengunjungi Puslitkoka, menurut Romi banyak hal yang cukup fundamental harus segera dilakukannya bersama tim. Rencana awal bahwa tahun ini akan dilakukan pengembangan bibit di lima hektar areal KTM (kota terpadu mandiri) Geragai, harus diserentakkan dengan pelaksanaan demplot minimal 10 hektar. “Karena memang harus diaplikasikan langsung, supaya petani di sana lebih mudah memahaminya,”kata DR Agung Wahyu Susilo, Kepala Puslitkoka di sela mendampingi rombongan bupati Romi berkeliling areal kebun.
Puslitkoka sendiri, ditegaskan Agung, sangat mendukung upaya Pemkab Tanjabtim mengembangkan kopi liberika. Bahkan Agung bersama sejumlah tim ahli Puslitkoka langsung menyatakan bersedia memenuhi undangan Romi untuk ke Tanjabtim dalam waktu dekat.
Sebagaimana arahan teknis Puslitkoka, sebelum program pengembangan dilaunching, hal mendasar mutlak harus dilakukan adalah baselandstudy. Langkah ini untuk identifikasi lahan mana saja yang potensial untuk ditanami liberika. Adapun soal penyediaan lahan untuk demplot dan areal pembibitan, bupati Romi menyatakan siap menyediakan minimal 20 ha di lokasi KTM.
Romi tampak bersemangat mengikuti setiap tahapan kunjungan kerja. Selama di Puslitkoka, Romi menyempatkan diri mencermati setiap tahapan pengolahan kopi dan kakao. Berdiskusi dengan sejumlah petani asal Papua yang kebetulan sedang magang di sana. Dia bahkan ikut turun ke lembah kawasan Javaijenraung di Bondowoso, Selasa (24/3) demi melihat langsung perkebunan kopi yang menjadi kebanggan warga Bondowoso. Perkebunan ini menumpang di areal PT Perhutani yang merupakan areal perkebunan mahoni. Di sini tampak jelas bahwa perkebunan kopi yang sebetulnya cuma tumpangsari dari mahoni itu, tertata rapi dan dikelola secara profesional. Perkebunan ini dikelola oleh kelompok tani setempat. Menurut Sekretaris dinas pertanian Bondowoso, Sudjoko, tahun lalu berhasil dibukukan panen sejumlah 800 ton atas areal tanam 70 ribu hektar. Hasil panen itu sebagian besar dipasok ke 45 home industri yang ada di Bondowoso. “Hanya sekitar dua puluh persen yang diekspor,”kata Sudjoko. “Untuk lahan sendiri, saat ini sudah ada lebih dari 14 ribu hektar yang sudah ada IG (indikasi geografis-red)nya,”lanjut Sudjoko. Sementara itu, Hasan, ketua kelompok tani desa Sukorejo, mengatakan bahwa tingkat kesejahteraan anggotanya meningkat pesat sejak menggeluti berkebun kopi. Apalagi, akunya, saat ini permintaan kopi di dalam dan luar negeri terus meningkat.
Rencana pengembangan kopi liberika di kabupaten Tanjabtim sendiri diwacanakan bupati Romi sejak April lalu. Liberika yang diketahui cocok bagi lahan gambut, menurut Romi layak dikembangkan di Tanjabtim yang memang sebagian besar tanahnya bergambut. Upaya tersebut bukan tanpa alasan. Romi ingin warganya yang bergelut di bidang perkebunan punya pilihan komoditas selain kelapa sawit untuk dikembangusahakan. Secara keekonomian, kopi liberika dianggap mampu menandingi kelapa sawit. Romi optimis pengembangan 150 hektar di tahap awal program nanti bisa sukses berjalan. “Tadi pak Ginanjar sudah menyatakan bahwa Petrochina pada prinsipnya sangat support. Ini sejalan dengan dukungan Pemprov Jambi yang juga mengalokasikan bantuannya bagi Tanjabtim,”jelas Romi. “Keseriusan dukungan Petrochina itu membuat saya optimis,”tambahnya.
Lalu bagaimana dengan petani kopi yang saat ini sudah menjalankan aktivitasnya secara tradisional ?. Di sejumlah desa, cukup banyak warga Tanjabtim menanam kopi dan kakao. “saya garansi mereka juga menjadi bagian sasaran visi besar ini. Bahkan saya sudah minta Petrochina melalui CSR nya untuk dukungan teknologi sesuai standar Puslitkoka. Tentu agar produktivitas mereka juga semakin baik, pun petani kakao, kita optimis bisa sama – sama bergerak dan efektif,” Romi. Konsumsi kopi Indonesia yang saat ini hingga 300 ribu ton pertahun, menurut Romi adalah peluang yang akan terus tumbuh. (jumi)

CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS