Anang Iskandar Dari Masa ke Masa

Perkenalkan saya Anang Iskandar lahir di Mojokerto, pada tanggal 18 Mei 1958 tepatnya di Jl. Empu Nala No. 351, Kelurahan Kedundung, Kecamatan Kota, Mojokerto.

Ibu saya bernama Raunah, Asli Mojokerto tidak sekolah sehingga tidak dapat membaca. Beliau membimbing saya, dan saudara – saudara saya dengan menggunakan bahasa jawa, dengan tradisi budaya religius jawa kuno yang cenderung mengajarkan tradisi – tradisi leluhur, tanpa mengajarkan latar belakang maupun tujuannya.

Sedangkan Ayah saya bernama Suyitno Kamari Jaya seorang tukang cukur dahulu di Jl. Residen Padmudji, didepan losmen Merdeka Mojokerto, selama hidupnya berprofesi sebagai tukang potong rambut sampai ahirnya meninggal dunia tahun 1983, ketika anak saya yang pertama masih dalam kandungan.

Saya mewarisi darah seni dari ayah sebagai tukang potong rambut. Ketika saya kelas 4 SD sudah mulai dikenalkan alat – alat potong rambut dan pertama kali saya mencukur, saya lupa persisnya berapa, tetapi yang saya ingat ketika itu bapak saya memperbaiki kamar mandi di rumah, saya dan teman saya yang bernama Tukiman Pedet ikut membantu. Setelah selesai memperbaiki kamar mandi teman saya dihadiahi cukur rambut, tetapi bapak saya meminta yang memotong rambut teman saya tersebut saya. Mulai saat itulah saya gandrung mempelajari seni potong rambut.

Ketika masuk SMA TNH Mojokerto, kalau pagi, saya nyukur di sekolahan saya, yang menjadi pelanggan adalah anak – anak SD TNH. Hal ini bisa terjadi karena difasilitasi oleh seorang Guru (GC) bernama ibu Yulia, dimana sampai saat ini kurang lebih 30 tahun saya belum pernah bertemu dengan beliau dan ibu Sutidjab yang mendorong murid – muridnya untuk cukur ditempat saya yang ada di lingkungan kompleks Sekolah TNH.

Setelah memasuki kelas 3 SMA saya memutuskan untuk belajar fotografi, pada seorang guru fotografi yang bernama Jacob Frehadi, yang juga guru saya ketika saya duduk di SMP Negeri 2 Mojokerto. Kepada beliau saya mulai belajar dari tingkat dasar, sampai dengan mampu mencetak, pada saat itu masih menggunakan system manual.

Saya juga belajar melukis secara formal di Sekolah Dasar kepada bu Yatmi, ketika Sekolah Menengah Pertama saya belajar melukis secara mandiri dan pada waktu SMA saya dibimbing melukis oleh Pak Gatuk, walapun tidak banyak orang yang mengagumi hasil lukisan saya

Kemampuan Mencukur rambut dan fotografi, dan melukis inilah yang sengaja saya siapkan untuk menjadi bekal dalam berjuang menjalani kehidupan setelah lulus SMA.

Dalam suatu pembicaraan dengan ayah saya, Bapak menjelaskan secara gamblang bahwa beliau tidak mampu menyekolahkan saya ke perguruan tinggi, dan hanya sanggup menyekolahkan saya sampai dengan lulus SMA, sama dengan kakak perempuanmu apalagi adik – adik mu banyak jelasnya. Namun saya punya tekad dan keyakinan yang kuat ingin menjadi Sarjana, dengan berbekal tukang cukur dan tukang foto.

Setelah lulus SMA saya mendaftar untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi, dan jurusan yang saya pilih fakultas Peternakan, karena menurut saya jurusan tersebut dapat mendukung cita – cita saya sebagai Lurah di kampung halaman saya. Disamping saya mengikuti tes seleksi Perguruan Tinggi, saya juga mengikuti tes seleksi masuk AKABRI. Karena pada saat itu ada pengumuman seleksi masuk AKABRI dan saya diajak teman saya yang bernama Ali Suyono, walaupun akhirnya dia membatalkan untuk Masuk AKABRI.

Pada saat itu juga sudah terjadi polemik : “anang gak mungkin masuk akabri karena yang masuk akabri itu anaknya Jendral atau anaknya penggede yang banyak uangnya.” Sedangkan saya hanyalah anak tukang cukur dibawah pohon asem, sehingga pada saat itu miris juga waktu menjalani tes masuk AKABRI. Namun pada saat pengumuman hasil seleksi, saya dinyatakan lulus AKABRI dengan nomer urut 43 dari 203 peserta yang dinyatakan lulus.

Latihan dasar keprajuritan Chandradimuka dilaksanakan selama 4 Bulan di kaki gunung Tidar sampai dengan Bukit Menoreh saya, di gembleng olah Keprajuritan untuk menjadi prajurit yang tangguh, karena diberi tantangan kehidupan, godaan lingkungan, hambatan dan rintangan alam, ditunjukan tujuan kehidupan menjadi seorang Prajurit, termasuk bagaimana mencapainya agar kita menyenangkan dan sukses sebagai seorang Prajurit.

Karena ketika itu untuk menjadi seorang Perwira Polisi lulusanAKPOL harus mengikuti olah keprajuritan tersebut. Ya harap maklum waktu itu pendidikan Polisi dibawah kendali ABRI. Pada saat latihan Chandradimuka ini saya mendapatkan penghargaan dari Gubernur AKABRI Umum dan Darat Mayor Jendral TNI Gunawan Wibisono sebagai peserta terbaik no 3. Sedangkan peserta terbaik 2 diraih oleh Dipo, dan peserta terbaik 1 oleh Sunaryo, yang akhirnya mereka berdua masuk AKABRI Udara,

Ketika menjadi Taruna Akpol rasanya hanya menyenangkan saja, pada saat teman – teman Apel antara Flat A dan B yang biasanya diisi dengan pembinaan, “ ya dikerpam, dapat kipas cindrawasih, kadang – kadang dapat buto – buto galak , kalau lagi beruntung dapat minyak – minyak”, pada saat demikian saya biasanya dipanggil senior untuk mencukur, sehingga bebas dari intrik – intrik selama di AKPOL.

Pada waktu saya menjadi senior, saya berkesempatan latihan kepemimpinan dengan menjadi DANKIE KORPS Taruna Batalion Jagratara untuk mengasuh adik – adik Taruna AKPOL agar menjadi Polisi yang mempunyai karakter pejuang, karena harus menegakan hukum yang penuh dengan godaan rupiah, karakter pelayan yang harus melayani masyarakat yang benar – benar perlu mendapatkan berbagai variasi pelayanan, karakter yang tangguh karena harus menjaga keamanan secara terus menerus, karena menurut saya tidak semua taruna AKPOL menemukan semangat menjadi pemimpin, bahkan banyak diantara TARUNA yang tidak menemukan keyakinan bahwa bekal kehidupan ada di Akademi Kepolisian.

Pada tanggal 15 Maret 1982 saya dilantik menjadi Perwira Muda dengan Upacara MIliter dimana Inspektur Upacaranya adalah Presiden Republik Indonesia, Jendral Soeharto di Bumi Moro Krembangan Surabaya, dihadiri oleh Ibu dan Bapak, dan saudara – saudara saya. Rasanya bangga dapat menjadi Perwira Muda Polri, setelah pelantikan, orang tua saya mengadakan syukuran Ya Sekedar Tumpengan dengan panggang ayam yang cukup meriah ala tradisi Keluarga.

Saat Pertama Menjadi seorang Pemimpin Muda Polisi

Saya untuk pertama kali ditempatkan di Polda Bali, ketika itu namanya Polda Nusa Tenggara gabungan Polda Bali, Polda NTB, Polda NTT dan Polda Tim – Tim. Pada saat itu yang menjadi Kapoldanya adalah Mayor Jendral Soedarmadji. Pertama kali datang ke Polda NUSRA saya bersama teman saya, Letda. Pol Sabar Rahardjo dan Letda. Pol Widyo Sunaryo. Selanjutnya saya ditempatkan menjadi Pa Polsek Kota Denpasar, sedangkan Widyo Sunaryo menjadi Pa Polsek Sanur dan Sabar menjadi Dankie Sabhara Polda Nusra.

Setelah selesai mengikuti pendidikan dasar Reserse di Ciputat selama 4 Bulan, kalau ada yang bertanya mengapa pendidikan Reserse di Ciputat ? Karena Pusdik Serse di Megamendung sedang dipakai untuk mendidik peserta pengembangan Reserse lainnya. Setelah selesai pendidikan saya kembali ke Polda NUSRA dan ditugaskan menjadi KAPOLSEK Denpasar Selatan, lokasi kantor saya di Sanur. Saya bertugas lebih 1 tahun 4 Bulan, kemudian saya dipindahkan menjadi Kapolsek KUTA, disini saya hanya menjabat kurang lebih 6 bulan, setelah itu saya diberi tanggung jawab sebagai Komandan KP3 Bali International Airport Ngurah Rai.

Ketika menjadi Kapolsek saya mendapatkan banyak masalah yang tidak dapat saya pecahkan dengan bekal pendidikan yang saya miliki, ketika terjadi kerusuhan yang mengakibatkan terbakarnya rumah warga yang dilakukan oleh kelompok masyarakat, pengarahan pimpinan waktu itu bukan menangkap seluruh pelakunya namun memfokuskan diri menjaga agar kerusuhan tidak meluas, padahal saat itu saya berpikir pelaku dapat ditangkap, namun kenyataanya tidak. Hal ini membuat saya bertanya – tanya “mengapa pelakunya tidak ditangkap, tapi justru petugas Polisi hanya mengamankan saja ? ” .

Ketika mengikuti pendidikan PTIK di Kebayoran Baru permasalahan semacam ini menjadi topik diskusi, dari diskusi tersebut saya mendapatkan jawaban mengapa ketika itu saya diperintahkan untuk mengamankan tidak menangkap pelakunya langsung. Dalam hati saya berpendapat bahwa tidak cukup hanya lulusan AKABRI untuk memecahkan problematika Kepolisian.

Lulus PTIK saya ditempatkan di Polda Metro menjadi Kasat Serse di Polres Tangerang, setelah itu Kapolsek Metro Pancoran, dan kembali ke Reserse Polda Metro sebagai Ka. Unit Vice Control, Kapolsek Taman Sari Polres Jakarta Barat, setelah itu pindah menjadi Paban muda Binkar Spers ABRI. Kemudian saya berkesempatan mengikuti pendidikan Sespim POLRI, lulus tahun 1997. Selanjutnya saya ditempatkan di Polda Bengkulu sebagai Sesdit Bimmas dan kembali lagi menjadi Paban Madya Binkar Spers ABRI di Cilangkap. Ini jabatan kedua selama bertugas di Mabes ABRI

Saat menjadi Pemimpin

Pertama kali memegang Tongkat Komando Kepolisian pada acara serah terima Jabatan Kapolres Blitar dari Letkol. Pol Drs. Sulityo Iskhak, banyak masalah besar terjadi dapat diselesaikan secara tuntas, diataranya Kasus Branggah Banaran yaitu masalah sengketa perkebunan dengan masyarakat sekitarnya. Di Polres Blitar saya menerapkan contoh ajaran Hasta Brata konsep kepemimpinan yang diajarakan oleh Begawan Kesowosidi kepada calon pemimpin sebelum resmi menjadi pemimpin. ajaran ini tidak saya dapatkan di pendidikan formal Kepolisian manapun. Setelah itu saya dimutasi menjadi Kapolres Kediri.

Setelah setahun menjabat sebagai Kapolres Kediri saya mendapatkan tugas menjadi Kepala sekola Polisi Negara Bangsal, yang berkedudukan di tempat kelahiran saya Mojokerto. Pada awal saya menjadi Kepala SPN Bangsal, kondisi SPN tidak ada proses belajar mengajar kurang lebih setengah tahun. Karena tidak mempunyai murid, saya mengajarkan kepemimpinan dengan metode Outbond kepada para Instruktur, yang berfokus pada kepedulian terhadap lingkungan dan membangun semangat berjuang.

Karena tidak mempunyai siswa dalam kurun waktu yang cukup lama, tentu kondisi lingkungan SPN Mojokerto ketika itu terlihat kumuh. Rumput, gedung, dan fasilitas lainnya tidak terwat. Oleh karena itu saya memimpin sendiri gerakan membersihkan lingkungan dan tiap hari melaksankan apel membawa alat – alat kebersihan seperti, sabit, sapu, pengki. Karena seringnya Apel Pagi membawa alat – alat kebersihan, sampai – sampai saya mendengar ada pertanyaan seorang anak kepada bapaknya “ Kenapa setiap apel sekarang ini membawa sabit ? Apa Polisi sudah jadi tukang ngarit ? “ .

Setiap hari saya juga apel membawa sabit dan ikut menyabit rumput, di luar dugaan, di hari – hari berikutnya semangat anggota saya terbakar…. Mereka tidak kenal lelah dalam membersihkan lingkungan SPN.

Setelah menjabat Ka SPN kurang lebih 1 Tahun 4 Bulan saya dipromosikan menjadi Ka SPN LIDO Polda Metro Jaya, disini saya bertemu tutor outbond Suherman yang juga senior di AKPOL dan ibu Erna yang akhirnya menjadi satu tim untuk mengajar outbond di SPN Lido, dan berhasil membawa Mahasiswa PTIK, Taruna Akademi Pemasyarakatan, Sat Pol PP Pemda DKI serta beberapa kementrian melaksanakan outbond di Lido.

Di SPN Lido inilah saya mengajarkan materi Adult Learning, dan outbond dari negeri asalnya Inggris, dengan muatan keteladanan yang berisi keserdahanaan dan kepedulian terhadap lingkungan, Capacity Building, Team Building, dan jujur dalam pelaksanaan tugas.

Kembali ke Kota Besar

Di Jakarta saya dipercaya menjadi Kapolres Metropolitan Jakarta Timur setelah menyelesaikan tugas sebagai Ka SPN Lido, disitu saya mempraktekan teori dan menguji kembali praktek merubah budaya Polisi Metropolitan dalam kehidupan sehari – hari, saya mempraktekan teori keteladanan dan menguji kembali praktek merubah budaya Polisi Metropolitan dalam kehidupan sehari – hari, saya ajarkan mereka untuk meningkatkan kemampuan melalui evaluasi dan feed back setiap malam Jumat dalam acara gelar oprasional. Saya tunjukan bagaimana membangun tim yang solid melalui kesederhanaan, kepedulian terhadap sesama, lingkungan kehidupan dan jujur dalam melaksanakan tugas serta konsistensinya dalam menjalankan nilai – nilai Kepolisian dalam kehidupan sehari – hari.

11 Januari 2006 saya dilantik menjadi Kapolwiltabes Surabaya, dengan tugas khusus ketika itu memberantas perjudian, Narkotika, dan illegal Loging. Disini saya mempraktekan terus budaya Polisi dengan membangun Performance Polisi seperti Polisi sesungguhnya persis Polisi ideal, walaupun tantangannya sangat berat, bahkan ada masyarakat abu – abu yang menjelek – jelekan dan membuat scenario cerita bohong yang nadanya memfitnah saya dan Polisi senior yang tidak mau tau tentang hasil praktek Polisi ideal, lebih – lebih ada pimpinan yang menjuluki saya sebagai Polisi yang tidak bisa diatur.

Setelah saya menyelesaikan tugas sebagai Kapolwiltabes Surabaya selama 2 setengah tahun, saya diberi tugas untuk mengimunisasi masyarakat agar tidak terkontaminasi Narkoba, sebagai Kapus Cegah Lakhar BNN. Disini saya mendapatkan anugrah Jendral Bintang Satu, yang merupakan impian ayah saya ketika masih hidup, impian saya dan impian keluarga besar saya. Oleh karena itu ketika saya dilantik menjadi Jendral, sebagai wujud syukur, saya membeli 1000 butir Onde – onde yang merupakan produk unggulan Kota Mojkerto untuk dibagikan kepada masyarakat.

Di BNN ini, saya mendapatkan pelajaran baru tentang Indonesia dengan tugas membangun investasi masa depan sumber daya manusia Indonesia agar terhindar dari masalah narkoba dan dampak buruknya, dimana sebelumnya penugasan saya hanya berkecimpung pada masalah penegakan hukum khususnya khususnya tugas diwilayah “Jakarta – Surabaya PP”. Karena tugas saya membangun masyarakat anti narkoba, melalui pembentukan kader seluruh Propinsi di Indonesia, maka ibarat sambil menyelam minum air, saya manfaatkan perjalanan dinas ini untuk mengetahui Kehidupan sosial, budaya, alam, perekonomian di Propinsi seluruh Indonesia. Saya menyimpulkan Indonesia itu indah dan berpotensi menjadi besar.

Teriring dengan perkembangan serta dinamika Orgnanisasi BNN, saya di tugaskan sebagai Direktur Advokasi Deputi Pencegahan BNN. Setelah 3 Tahun menempati pos di BNN, pada tanggal 28 oktober 2011 saya diangkat menjadi Kapolda Jambi, yang berarti diberi kesempatan untuk memimpin Satuan kerja di lingkungan Polri. Ada 32 Satker yang saya pimpin baik di tingkat Polda maupun kewilayahan. Disini saya dapat mempraktekan management sumber daya manusia secara BETAH (Bersih Transparan Akuntable dan Humanis), dari proses seleksi sampai dengan mendapatkan calon peserta pendidikan, dan dampak dari proses rekruitmen tersebut diketahui hasilnya sangat membanggakan. Bayangkan anak tukang ayam bisa diterima menjadi Polisi, anak penjaga kebun berhasil lulus tes menjadi Polisi. Saya juga dapat mempraktekan operasi multi sasaran tingkat Polda dan salah satu hasil yang menonjol adalah menangkap ganja 1,1 Ton yang dimuat truck tronton ketika melintas di wilayah hukum Polda Jambi.

Setelah 8 Bulan menjadi Kapolda Jambi, saya tepatnya tanggal 2 juli 2012 dipercaya menjadi Kadiv Humas Polri, rasanya agak kaget karena tidak pernah punya pengalaman sebelumnya mengenai kehumasan, tugas ini saya rasakan paling berat namun menyenangkan karena harus melayanai  para wartawan yang jumlahnya banyak, semuanya ingin mendapatkan pelayanan dengan segera, sedangkan untuk mendapatkan informasi yang diminta sangat sulit, menjadi Kadiv Humas  ini merupakan tugas yang paling sukses, karena saya laksanankan paling singkat yaitu 2 bulan. Setelah itu saya dipercaya menjadi Gubernur Akademi Kepolisian di Semarang dimana jabatan ini menjadi jabatan ke 3 kalinya saya menjadi Kepala Sekolah di lingkungan Kepolisian.

Saya sangat menikmati menjadi Guru sekaligus Kepala Sekolah yang menghasilkan Perwira calon Pemimpin Polri dimasa yang akan datang. Disini saya teringat kembali ketika menjadi tutor Outbond yang harus memeberikan feedback – feedback tentang leadership, yang menyangkut tentang keteladanan, team building, peningkatan kemampuan, keberhasilan dalam pelaksanaan tugas. Ketika sedang upacara wisuda dasar Bhayangkara taruna batalion Satrio Pambudi Luhur Angkatan 47 saya mendapatkan kabar bahwa Presiden telah menunjuk saya menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional, yang berarti saya kembali lagi ke BNN setalah 1 Tahun 2 Bulan meninggalkan BNN.

11 Desember 2012 saya dilantik menjadi Kepala BNN yang ke 2 oleh Kapolri, dengan tugas mencegah masyarakat agar tidak menggunakan narkoba, menyetop pengguna untuk tidak mengkonsumsi narkoba dan merehabilitasi 4 Juta yang sudah terlanjur  terkontaminasi narkoba, memberdayakan masyarakat,  individu maupun kelompok, untuk melibatkan diri menjadi Subjek P4GN, dan memberantas jaringan peredaran gelap narkoba.

Langkah pertama ketika saya menjabat sebagai Kepala BNN adalah menyampaikan arah kebijakan BNN melalui Commander Wish yang saya sampaikan kepada seluruh jajaran BNN, dimana dalam commander wish tersebut berisi mengenai arahan untuk membangun kepemimpnan diri pada setiap strata organisasi BNN untuk menyeimbangkan antara unsur – unsur keteladanan, peningkatan kemampuan, team building dan keberhasilan setiap pelaksanaan tugas. Hal ini menjadi penting bagi seluruh keluarga besar BNN dalam menjalankan tugas dan amanat yang diberikan oleh negara.

Melihat banyaknya beban yang dipikul oleh Kementerian Hukum dan Ham khusunya Lapas yang overload dan prevalensi pengguna narkoba tidak pernah menunjukan kecenderungan penurunan sejak diberlakukan undang – undang narkotika tahun 1976, saya melihat persoalan tersebut disebabkan oleh fakta empiris dimana pengguna narkoba illegal selalu diposisikan sebagai penjahat yang dihukum dengan hukuman penjara. Setelah saya memplajari dan melakukan penelitian secara mendalam, saya yakini bahwa situasi ini harus dirubah. Dipertengahan tahun 2013, hal ini saya laporkan kepada Presiden RI dalam acara peringatan HANI di Istana Merdeka, beliau menyambut baik bahkan beliau mendorong agar masyarakat dapat menepatakan pengguna narkkoba sebagai korban, mereka sudah kehilangan masa kini dan masa lalunya, jangan sampai kehilangan masa depannya.

Pada bulan Oktober, 2013 saya menyelesaikan penelitian desertasi  saya mengenai Dekriminalisasi Pengguna Narkoba dalam konstruksi hukum positif. Dalam sidang yang saya lakukan ada hal yang cukup penting yang disampaikan oleh salah penguji dalam sidang tersebut“Desertasi Saudara Menjungkirbalikan Tatanan Berpikir Para Ahli dan Penegak Hukum Yang saat ini sudah mapan, apa yang menjadi latar belakang desertasi saudara promovedeus”. Hal ini menjadi tantangan bagi saya untuk merealisasi kebijakan Dekriminalisasi  bagi pengguna Narkoba.

Pada awal tahun 2014, Kebijakan Dekriminalisasi pengguna narkoba saya luncurkan melalui program penyelamatan pengguna narkoba, dengan tema pengguna narkoba lebih baik direhabilitasi daripada dipenjara, sebagai realisasi dari dekriminalisasi dan depenalisasi pengguna narkoba menurut hukum positif.  Ternyata, kebijakan ini menimbulakn pro dan kontra dikalangan penegak hukum dan masyarakat  ketika saya menghadiri Sidang High Level Segment dan CND – 57 tahun 2014, saya merasa lebih  bersemangat, karena dunia saat ini tren-nya adalah mendekriminalisasi pengguna narkoba yang diyakini lebih efektif dalam menyelesaikan masalah narkoba.

Pada tahun 2013, saya memperkenalkan sebuah trobosan kebijakan dalam menangai penyalah guna narkoba dalam kosepsi Dekriminalisation of drug use ; yang berarti removal sanction under criminal law. Konsepsi ini diartikan bahwa penyalah guna narkoba, yang membawa, memiliki, menguaasai narkoba dalam jumlah tertentu (sedikit untuk pemakain satu hari) bagi dirinya sendiri diberikan sanksi tindakan berupa pemulihan melalui rehabilitasi, tidak dilakukan penahanan selama pemeriksaan baik tingkat penyidikan, penuntutan, maupun pemeriksaan di pengadilan.

Di awal tahun 2014 saya sebagai Kepala BNN mensosialisasi konsepsi tersebut, dengan isu  pengguna narkoba lebih baik direhabilitasi daripada dipenjara. walaupun mendapat tanggapan yang beraneka ragam namun akhirnya pemerintah mengeluarkan Peraturan Bersama Mahkumjakpol plus Mensos, Menkes, dan Ka BNN untuk bagaimana menangani penyala guna yang bermasalah dengan hukum  (tidak mau melapor, dan tertangkap oleh penyidik)

Apabila di resume pengalaman penugasan dan pendidikan saya sebagai berikut :

Wakapolsek Denpasar Kota
Kapolsek Denpasar Selatan
Kapolsek Kuta Bali
Dan KP3 BIA Ngurah Rai Bali
Perwira Siswa PTIK
Kasat Serse Tangerang Polda Metro Jaya
Kapolsek Pancoran Jakarta Selatan
KA Unit VC Sat Serse Umum Dit Serse Polda Metro Jaya
Kapolsek Taman Sari Polres Metro Jakarta Barat
Paban Muda Binkar Spers ABRI
Perwira Siswa Sespim Polri
Sesdit Bimas Polda Bengkulu
Paban Madya Binkar Spers ABRI
Kapolres Blitar Polda Jawa Timur
Kapolres Kediri Polda Jawa Timur
Kepala Sekolah Polisi Negara Mojokerto Polda Jawa Timur
Kepala Sekolah Polisi Negara Lido Polda Metro Jaya
Kapolres Metropolitan Jakrta Timur
Peserta Sespati Angkatan IX
Kapolwiltabes Surabaya Polda Jawa Timur
Kapus Cegah Lakhar BNN
Dir Advokasi Deputi Cegah BNN
Kapolda jambi
Kadiv Humas Polri
Gubernur Akademi Kepolisian
Kepala Badan Narkotika Nasional – sampai sekarang
Pendidikan Polisi :

Lulus AKABRI Kepolisian Tahun 1982
Lulus PTIK Tahun 1987
Lulus Sespim Tahun 1997
Lulus Sespati Tahun 2005
Susjab Kapolres Tahun 1999
Dikjurpa Serse Tahun 1983
Lat Penyidikan Narkotika Tahun 1989
Lat Penyidik Tahun 1999
Management Course Tahun 2000
ESQ Leadership Training 2010
Out Bound Leadership Training Tahun 1993
Kursus Intensif bahasa Inggris Angkatan 32 Elemntary dan angkatan 33 Intermediate.
Pelatihan menembak Senjata Genggam, lulus tahun 1997.
Pendidikan umum :

Lulus SD Negri 6 Balonggari Mojokerto
Lulus SMP Negri 2 Mojokerto
Lulus SMA TNH Mojokerto
Lulus S1 FH Pancasila, Jakarta
Lulus S2 Pasca Sarjana Universitas 17 Agustus Surabaya.
Lulus  S3 Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Trisakti.
Pengalaman Luar Negeri :

Peace Keeping Operation Course Australia
Police Comperative Study at France.
Delegasi Indonesia Sidang ASOD DI Brunei Darussalam
Delegasi Indonesia Sidang ASOD Di Kamboja
Delegasi Indonesia Sidang ASOD Di Indonesia
Delegasi Indonesia Sidang ASOD Di Laos
Delegasi Indonesia pada The 2ND Colombo Plan Drug Advasory Programe (CPDAP) Di Jakarta, Indonesia.
Delegasi BNN Dalam Rangka Comperasi Study Alternative Development Program Di Chiang Rai, Thailand.
Delegasi BNN Dalam Rangka Comperasi Study ke Iran Dan Belanda
Delegasi BNN Kunjungan ke San Patignano, Italy
Delegasi BNN Dalam Rangka Comperasi Study Harm and Demand Reduction ke Cina
Delegasi Indonesia dalam Kunjungan Kerja Presiden RI ke Nigeria
Pimpinan Delegasi Indonesi pada Sidang CND ke 56 di Wina, Austria
Pimpinan Delegasi RI dalam  kunjungan kerja ke Kolombia dan Peru.
Pimpinan Delegasi RI dalam Sidang IDEC XXX, Moscow, Rusia.
Pimpinan Delegasi RI dalam  Sidang  AMMDM Ke II, Brunei.
Pimpinan Delegasi RI dalam Sidang CND ke 57 di Wina, Austria.
Chairman Asean Ministrial Meeting on Drugs Matters, Jakarta 2014.
Pengalaman Lain-lain :

Tutor Outboud
Narasumber Nasional Pencegahan Narkotika
Project Officer Community Development Kampung Permata
Proyek Oficer Lomba Kampung Bersih Narkoba, Surabya, DKI, DIY.
Pameran Lukisan bersama Cak Kandar, di Sheraton Hotel Surabya,
Ketua Senat Sespati angkatan IX
Ketua Keluarga Alumni Universitas Pancasila Jakarta 2014 – 2016
Dosen Perbandingan Ilmu Hukum Universitas Trisakti Jakarta
Dosen Program Pasca Sarjana STIK-PTIK
Penghargaan masyarakat :

Penghargaan dari Gubernur AKABRI UDARAT sebagai Peserta terbaik 3 Chandradimuka th. 1978.
Man of the Year Th. 2007 dari Yayasan Penghargaan Indonesia.
Penghargaan sebagai Insan penggerak Pembangunan Indonesia Berprestasi Tahun 2007 dan 2008
Borgol Award JTV th. 2007 dan 2008
Penghargaan sebagai Citra Insan Informasi Indonesia,
Peraih Mesin Jahit Emas, 100 Tahun Singer.
Penghargaan dari Gubernur BI, Atas Prestasi mengungkap peredaran Uang Palsu
Penghargaan dari Gubernur PTIK, Atas Pengabdian dalam pelaksanaan Outbond Mahasiswa PTIK.
Bintang Emas 2014 vrsi majalah Eksekutif
Tokoh Nasional bidang Pemerintahan tahun 2015 dari PWI Jatim
Penghargaan dari Negara

Satya Lencana, kesetian 8 Tahun
Satya Lencana, kesetian 16 Tahun
Satya Lencana, kesetian 24 Tahun
Satya Lencana, Dwijasista.
Satya Lencana, Yanautama
Bintang Bhayangkara Nararya.
Bintang Bhayangkara Pratama.
Satya Lencana pengabdian 32 Tahun
Satya Lencana Bhaktin Purna.

CATEGORIES
TAGS
Share This