Bandara Boven Digoel Raih Penghargaan Bandara Award

Jakarta – Selain keselamatan dan keamanan yang menjadi standar, pelayanan dan penampilan bandara juga harus ditingkatkan.

Salah satu bandar udara (Bandara) di Kabupaten Boven Digoel, Papua telah meraih penghargaan Bandara Award 2016, penghargaan tersebut diterima langsung oleh Bupati Boven Digoel, Benidiktus Tambonop.

Dalam kesempatan Benidiktus Tambonop mengatakan, “penghargaan ini kami raih setelah bandara di wilayah kami meningkatkan frekuensi pelayanan mencapai 60 penerbangan per-harinya, peningkatan pelayanan tersebut menambah efisiensi di daerah-daerah pegunungan yang ada di sana,” ujar Bupati tersebut.

“Salah satu contoh yang signifikan adalah harga semen yang sebelumnya mencapai 1,2 juta, kini menjadi 400 ribu. Belum lagi harga-harga lainnya seperti sembako yang harganya menjadi sedikit lebih murah, karena melalui jalur udara menjadi efisien,” tambah Beni saat menghadiri Bandara Award, Selasa (29/11/16).

Bandara di daerah kami, kini sudah bisa didarati oleh ATR baik penumpang maupun cargo sehingga bisa memuat semen, bahan logistik/sembako ke pegunungan dan lebih dekat dari Jayapura. Sehingga membuat Kabupaten-Kabupaten di pegunungan lebih memilih barangnya yang dari Boven Digoel karena harganya menjadi lebih terjangkau, harga tersebut bisa terjangkau karena pesawat yang dari pulau Jawa yakni Surabaya bisa langsung mendarat di daerah kami.

Meskipun Pemkab Boven Digoel memiliki keterbatasan soal ABPD, namun bisa membantu untuk mempermudah pembangunan bandara di sana dengan membebaskan sebagian tanah yang diperlukan untuk bandara.

“Kami memang memiliki keterbatasan di APBD, namun kami dapat membantu pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan, Ditjen Perhubungan Udara untuk membebaskan lahan yang diperlukan untuk bandara. Kita masih belum sampai ke tahap membangun bandara, sehingga kita hanya bisa membebaskan lahan saja,” ujarnya.

Menurut Beni untuk membebaskan lahan di Papua tidaklah mudah, karena rata-rata untuk membebaskan lahan di Papua itu rumit, namun di Boven Digoel kami akan diusahakan untuk bernegosiasi. “Karena masalah tanah di Papua jika dibicarakan baik-baik dan kita beritahu keuntungan dari bandara maka mereka akan bisa menerimanya dengan baik,” lanjut Beni.

“Akan tetapi selama ini mungkin ada orang yang ingin langsung membangun tanpa adanya dialog negosiasi itu tadi, sehingga proyek yang akan dibangun menjadi masalah. Saat ini kita sedang membangun untuk Papua, untuk itu harus dibicarakan jauh-jauh hari agar tidak menjadi masalah di kemudian hari,” ungkapnya.

Saya sarankan, tambah Beni, untuk pembangunan di Papua itu harus dibicarakan dari jauh-jauh hari, jangan sampai ketika mau mulai membangun baru dibebaskan, itu sangat salah. Makanya kita lakukan pendekatan antara Pemerintah Pusat dengan kepala adat, karena bagi orang-orang Papua tanah itu merupakan aset yang luar biasa.

“Kami sejauh ini selalu melakukan komunikasi dengan Pemerintah Pusat, kami pun sangat berterimakasih kepada pemerintahan yang ada saat ini karena sangat memperhatikan daerah perbatasan. Karena kita berbatasan langsung dengan Papua New Guinea (PNG) sehingga sudah selayaknya mendapatkan perhatian dari Pemerintah Pusat,” tutupnya. (Elwan)

CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS